Thursday, December 11, 2014

MEMIMPIN ORGANISASI

Melalui organisasi, kita berlatih dan dituntut untuk mampu mengolah diri dengan benar, baik secara naluriah maupun fitrah, sehingga lahir menjadi pribadi yang memiliki integritas. Sehingga dengan berorganisasi, kita akan terasah dan terlatih untuk hidup berjamaah atau bekerja sama dengan orang lain. Kebersamaan dalam organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang mampu dan tahu kapan saatnya menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama.

Namun, berhasil atau tidaknya sebuah organisasi juga sangat ditentukan oleh berbagai komponen dalam sebuah organisasi. Salah satu komponen penting dan menentukan keberhasilan tersebut adalah pemimpin. Para pemimpin yang baik itu dibentuk tidak dilahirkan. Jadi, jika ingin dan mau, kita dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif.

Para pemimpin yang baik berkembang melalui sebuah proses yang tiada henti belajar-sendiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (Jago, 1982). Pemimpin diharuskan untuk mampu menginspirasi anggotanya ke tingkat yang lebih tinggi dari kerja sama tim, ada beberapa hal yang harus diketahui, diwujudkan dan, dilakukan. Hal ini tidak datang secara alami, tetapi diperoleh melalui kerja terus-menerus dan belajar. Para pemimpin yang baik terus bekerja dan belajar untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka, mereka tidak beristirahat di kemenangan mereka.
Seperti organisasi, juga terdapat banyak pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :
  • ·         Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok
  • ·         Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal ini, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan posisinya yang khusus dalam kelompok, pemimpin berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
  • ·         Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan mengarahkan orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

·         Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Dari definisi di atas, jelas bahwa pemimpin merupakan salah satu figur penting yang menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Khalayak umum sering meyakini bahwa para pemimpin (leader)dilahirkan bukan ditempa. Sementara kepemimpinan (leadership)adalah sesuatu yang dipelajari, keterampilan dan pengetahuan yang diproses oleh pemimpin dapat dipengaruhi oleh atributnya atau miliknya atau ciri, seperti kepercayaan, nilai, etika karakter, dan. Pengetahuan dan keterampilan berkontribusi langsung kepada proses kepemimpinan, sedangkan atribut lain memberikan karakteristik tertentu pada pemimpin yang membuat dia unik.
 https://callhavid.wordpress.com/2011/04/30/kepemimpinan-dalam-organisasi/

LOGIKA

Dalam membentuk suatu organisasi tentunya sangat diperlukan sosok pemimpin. Berhasil atau tidaknya organisai pun ditentukan oleh komponen-komponen organisai itu sendiri. Salah satunya adalah pemimpin. Dan pemimpin yang baik itu dibentuk bukan dilahirkan atau terlahir begitu saja.

Para pemimpin yang baik berkembang melalui sebuah proses yang tiada henti belajar-sendiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (Jago, 1982). Pemimpin diharuskan untuk mampu menginspirasi anggotanya ke tingkat yang lebih tinggi dari kerja sama tim, ada beberapa hal yang harus diketahui, diwujudkan dan, dilakukan. Hal ini tidak datang secara alami, tetapi diperoleh melalui kerja terus-menerus dan belajar. Para pemimpin yang baik terus bekerja dan belajar untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka, mereka tidak beristirahat di kemenangan mereka.
Pemimpin yang baik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
  • ·         Skill & kualitas diri.
  • ·         Berprestasi.
  • ·         Peduli.
  • ·         Berkomitmen, & dapat menempatkan janji.
  • ·         Memiliki sifat positiv, dan selalu memotivasi anggotanya.
  • ·         Dapat betkomunikasi dengan baik.

TEORI YANG MENDASARI KEPEMIMPINAN

Teori-teori kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi enam teori, yaitu:

1.           Teori orang-orang terkemuka.
Teori ini disusun berdasarkan cara induktif dengan mempelajari sifat-sifat yang menonjol dari pimpinan atas keberhasilan tugas yang dijalankan, terutama kemampuan untuk memimpin, diasumsikan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil memainkan peranan yang memiliki sifat-sifat unik dan kualifikasinya adalah superior. Teori ini disebut juga dengan teori serba sifat.

2.           Teori lingkungan
Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan didapatkan terutama karena faktor lingkungan sosial yang merupakan tantangan untuk dapat diatasi. Selain itu seorang pemimpin tergantung pada zaman dimana ia hidup untuk menyelesaikan masalah-masalah relevan dengan situasi dewasa ini. Situasi lingkungan sosial merangsang agar pemimpin melakukan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan problema-problema yang ada pada waktu tertentu, sehingga menghasilkan tipe kepemimpinan tertentu misalnya : pada masa perang, krisis, reformasi, globalisasi, akan muncul kepemimpinan yang relevan pada saat itu.

3.           Teori situasi personal
Teori ini menganggap individu memiliki kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan, sikap dan tingkah laku yang dapat mengoperasikan aktivitasnya berdasarkan kondisi saat itu. Oleh karenanya masalah kepemimpinan ditentukan juga oleh kepribadian pemimpinnya, kelompok yang dipimpin, kejadian-kejadian yang timbul saat itu. Interaksi antara pemimpin dengan situasinya membentuk tipe-tipe kepemimpinan tertentu.

4.           Teori interaksi harapan
Teori ini dikemukakan berdasarkan tiga variable, yaitu : aktivitas, interaksi, dan sentiment. Struktur interaksi akan menentukan arah aktivitas, sehingga pemimpin harus dapat menciptakan suatu struktur interaksi dimana struktur ini merupakan stimulasi terciptanya suatu suasana yang relevan dengan harapan-harapan dari masyarakat.

5.           Teori humanistik
Teori ini menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah mengatur kebebasan individu untuk dapat merealisasikan motivasi rakyatnya agar dapat bersama-sama mencapai tujuan. Yang terpenting dalam teori ini adalah unsur organisasi yang baik dan dapat memperhatikan kebutuhan anggotanya.

6.           Teori pertukaran
Teori ini menganggap bahwa interaksi sosial akan menghasilkan bentuk perubahan-perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi aktif. Pemimpin dan kepemimpinan banyak diharapkan mengadakan interaksi untuk menunjang keberhasilan dari kepemimpinanya sehingga para anggotnya merasa dihargai dan adanya kepuasan serta penghargaan  terhadap pimpinan. Dengan demikian akan terjalin suatu keseimbangan yang positif untuk adanya kebersamaan persepsi terhadap tujuan yang akan dicapai, sehingga pengikut maupun pimpinan secara bersama-sama merasakan  kepuasan dalam mencapai harapan-harapannya.

Teori ini menganggap bahwa interaksi sosial akan menghasilkan bentuk perubahan-perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi aktif. Pemimpin dan kepemimpinan banyak diharapkan mengadakan interaksi untuk menunjang keberhasilan dari kepemimpinanya sehingga para anggotnya merasa dihargai dan adanya kepuasan serta penghargaan  terhadap pimpinan. Dengan demikian akan terjalin suatu keseimbangan yang positif untuk adanya kebersamaan persepsi terhadap tujuan yang akan dicapai, sehingga pengikut maupun pimpinan secara bersama-sama merasakan  kepuasan dalam mencapai harapan-harapannya.


LOGIKA

Teori kepemimpinan dibagi menjadi 6, yaitu:
      1.      Teori orang-orang terkemuka
Teori ini merupakan teori yang mempelajari sifat-sifat pemimpin yang sudah diakui kualitasnya, pemimpin yang benar-benar berhasil. Teori ini disebut juga teori serba sifat.

      2.      Teori lingkungan
Teori ini memganggap bahwa kepemimpinan didapetkan pada faktor lingkungan sosial yang dianggap bahawa pada setiap keadaannya merupakan tantangan untuk dapat diatasi. Setiap keadaan lingkungan sosial yang berubah-ubah ini nantinya dmembuat si pemimpin dapat melakukan kegiatan-kegitan dengan segala problemnya.

      3.      Teori situasi personal
Teori ini menganggap individu memiliki kemampuan-kemampuan tertentu seperti kemampuan, sikap dan tingkah laku yang dapat mengoperasikan aktivitasnya berdasarkan kondisi saat itu.

      4.      Teori interaksi harapan
Teori ini dikemukakan berdasarkan tiga variable, yaitu : aktivitas, interaksi, dan sentiment.

      5.      Teori humanistik
Pemimpin pada teori humanistik ini mempunyai unsur yang baik karena memperhatikan kepentingan setiap anggotanya.

      6.      Teori pertukaran

Teori ini menganggap bahwa interaksi sosial akan menghasilkan bentuk perubahan-perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi aktif.Teori ini menganggap bahwa interaksi sosial akan menghasilkan bentuk perubahan-perubahan dimana para pengikutnya akan berpartisipasi aktif.

MACAM-MACAM GAYA KEPEMIMPINAN

Setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang unik dan berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, dikenal tida gaya kepemimpinan, yaitu demokratis, laissez faire, dan otokratis. Biasanya dalam memimpin sebuah kelompok, seseorang menggunakan kombinasi dari ketiga gaya tersebut sesuai dg situasi dan kondisi yang dihadapinya. Berikut ini pejelasan dari masing-masing gaya tersebut.

1. Gaya kepemimpinan demokratis
Gaya ini biasanya dimiliki oleh pemimpin yang cenderung melibatkan partisipasi bawahannya.Oleh karena itu, gaya  ini dikebal dengan gaya partisipatif. Partisipasi bawahan dapat berupa mengikutsertakannya dalam pengambilan keputusan, pendelegasian wewenang, peran serta untuk menentukan tujuan organisasi, dan memberikan umpan balik secara terbuka kepada bawahan.

2. Gaya kemepimpinan laissez faire (kendali bebas)
Gaya kepemimpinan ini memberikan kesempatan sebebas-bebasnya kepada bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan/masalah dan membuat keputusan. Jika dalam gaya kepemimpinan masih ada peran atasan untuk mengendalikan bawahan dalam bentuk umpan balik, biasanya pemimpin dengan gaya ini cenderung acuh tak acuh. Pemimpin dengan gaya ini menganggap bawahan adalah orang dewasa yang dapat menentukan keputusannya sendiri. Pemimpin hanya berperan dalam menentukan kebijakan secara umum. Dengan demikian, semua tugas akan dikerjakan oleh bawahannya dan membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri. Pemimpin dengan gaya ini akan memfasilitasi dan menjamin kebebasan bawahannya dalam bekerja asal target/tujuan yang ditetapkan tecapai.

3. Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya kepemimpinan ini merupakan tipe kepemimpinan yang  pemimpinnya mutlak berkuasa. Ciri-ciri pemimpin pada tipe ini antara lain yang akan mendikte bawahan, membuat keputusan sendiri, serta tidak melibatkan bawahan untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah dan berpendapat. Tanggung jawab tugas sepenuhnya dipikul oleh pemimpin. Namun pembagian tugas biasanya merata untuk semua bawahan. Pemimpin dengan gaya ini cenderung kurang memperhatikan kebutuhan bawahan dan tidak berkomunikasi secara efektif (hanya satu arah saja, dari atasan ke bawahan). 


LOGIKA

      1.        Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

      2.       Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

       3.       Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut akan mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-beda, tergantung pada faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh faktor, baik yang berasal dari dalam diri pribadinya maupun faktor yang berasal dari luar individu pemimpin tersebut.

TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.










LOGIKA
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya atau dengan kata lain dipercayai mempunyai kekuatan supranatural sehingga dipercayi umat-umatnya.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Tipe kepemimpinan paternalistik ini merupakan dengan kepemimpinan yang kebapakan.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini merupakan tipe kepemimpinan menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Tipe kepemimpinan otokratis merupakan tipe yang pemimpinnya berambisi merajai situasi, selalu ingin berkuasa, sikapnya sangat kuno dan kaku dan besikap baik kepada bawahan ketika bahawahannya patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, sehingga organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.


PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara  berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

SUMBER

LOGIKA

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan kepemimpinan. Pengertian Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya “manajemen sumber daya manusia”. Pemimpin (Leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Leader adalah seorang pimpinan yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan dan kewibawaan (personality authority). Falsafah kepemimpinannya bahwa ia (pemimpin) adalah untuk bawahan dan milik bawahannya.

Head adalah seorang pemimpin yang dalam melaksanakan kepemimpinannya hanya atas kekuatan (power) yang dimiliki pemimpin. Ia/pemimpin menganggap dirinya yang paling berkuasa, paling cakap, sedangkan bawahan dianggap pelaksana keputusan-keputusan saja.

Menurut Tead; Terry; Hoy, kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Menurut Young, kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Moejiono, memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

Sunday, November 16, 2014

KLASIFIKASI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

1.      Dari segi sifatnya :

         a.      Komunikasi lisan
komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka.lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato. Komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan bicara.

         b.      Komunikasi tulisan
komunikasi tulisan adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima.Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya. Komunikasi tulisan juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah, buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.

         c.       Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu  fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.

         d.      Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah  sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.

2.      Dari segi arahnya :

         a.      Komunikasi ke bawah, mengalir dari orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk  instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.

        b.      Komunikasi ke atas, porsi ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi ke  bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi.  Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.

        c.       Komunikasi horizontal, merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi. Namun organisasi yang efektif memerlukan juga  komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dariberaneka ragam fungsi keorganisasian.  Misalnya, komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.

        d.      Komunikasi diagonal, merupakan jalur komunikasi yang paling jarang digunakan. Komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.

3.      Menurut Lawannya :

   a.      Komunikasi Satu Lawan Satu : berbicara dengan lawan bicara yang sama
   banyaknya. Contoh:berbicara melalui telepon
   b.      Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)‏ : berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.    Contoh: introgasi maling dengan kelompok hansip.
   c.       Kelompok Lawan Kelompok : berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain. Contoh:          debat partai politik.

4. Dari segi keresmian :
   a.      Komunikasi formal merupakan komunikasi yang memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan,    dan kecepatan komunikasi.
   b.      Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi    tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal        adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi    yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip , atau rumor .





Analisa:
Komunikasi adalah pertukaran indormasi dan penyampaian makna yang merupakan hal utama dari suatu sistem sosial atau organisasi. Jadi komunikasi sebagai suatu “proses penyampaian informasi dan pengertian dari satu prang ke orang lain. Dan satu-satunya cara mengelola aktivitas dalam suatu organisasi adalah melalui proses komunikasi”.

Komunikasi  memunkinkan seseorang untuk mengoordinasikan suatu kegiatan kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Akan tetapi komunikasi tidak hanya sekedar penyampaian informasi/pesan dan pentransferan makna saja. Komunikasi mengandung arti suatu proses transaksional, yaitu komunikasi  yang dilakukan seseorang dengan pihak lainnya dalam upaya-upaya mempertukarkan suatu simbol/lambang, dan membentuk suatu makna serta mengembangkan harapan-harapannya.

Di bawah ini ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari beberapa segi :


1. Dari segi sifatnya :
    a. Komunikasi Lisan
        komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara
        cth: presentasi
    b. Komunukasi Tertulis
        komunikasi melalui tulisan
       Cth: email
    c. Komunikasi Verbal
        komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan
       cth: curhat
    d. Komunikasi Non Verbal
       komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat)
       cth: seseorang yang nerves (gemetar)

2. Dari segi arahnya :
    a. Komunikasi Ke atas
        komunikasi dari bawahan ke atasan
    b. Komunikasi Ke bawah
        komunikasi dari atasan ke bawahan
    c. Komunikasi Horizontal
        komunikasi ke sesama manusia / setingkat
    d. Komunikasi Satu Arah
        pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)
    e. Komunikasi Dua Arah
        berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi

3. Menurut Lawannya :
    a. Komunikasi Satu Lawan Satu
        berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
        cth:berbicara melalui telepon
    b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
‏        berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok
        Cth: kelompok satpam menginterogasi maling
    c. Kelompok Lawan Kelompok
        berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain
        Cth: debat partai politik

4.Menurut Keresmiannya :
    a. Komunikasi Formal
        komunikasi yang berlangsung resmi
        cth: rapat pemegang saham
    b. Komunikasi Informal
        komunikasi yang tidak resmi
        cth : berbicara dengan teman

HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI

Tidak mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.Proses komunikasi merupakan suatu proses yang sangat kompleks sehingga permasalahan dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok, maupun organisasi. Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.Hambatan adalah gangguan yaitu segala sesuatu yang menganggu kelancaran komunikasi serta akan menghambat kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan.

.A.      Macam-Macam Hambatan Komunikasi


Berdasarkan sifat hambatan, hambatan komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu:      

      a.      Hambatan Objektif
      b.      Hambatan Subjektif


Sedangkan kalau diklasifikasikan hambatan komunikasi meliputi :      

      a.      Gangguan
      b.      Kepentingan
      c.       Motivasi
      d.      Prasangka
      e.      Evasi Komunikasi

      f.        Mencacatkan pesan Komunikasi

Namun, menurut Hafied Cangara, pada dasarnya gangguan komunikasi dibedakan atas 7 macam, yaitu:     

      a.      Gangguan Teknis
      b.      Gangguan Semantik
      c.       Gangguan Psikologis
      d.      Gangguan Fisik
      e.      Gangguan Status
      f.        Gangguan Kerangka Berpikir
      g.      Gangguan Budaya


1.      Sifat Hambatan Komunikasi


a)    Hambatan Komunikasi Objektif

Hambatan komunikasi yang bersifat objektif maksudnya adalah hambatan yang terjadi terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Contohnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun karena tidak adanya chemistry antara komunikator dengan komunikan.
b)   Hambatan Komunikasi Subjektif
Hambatan komunikasi yang bersifat Subjektif maksudnya hambatan yang sengaja di buat orang lain sebagai upaya penentangan, misalnya pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri hati, apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.

2.      Klasifikasi Hambatan Komunikasi


Hambatan komunikasi diklasifikasikan menjadi:


a)      Gangguan (Noises), terdiri dari:


  •  Gangguan mekanik (mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
  • Gangguan semantik (semantic noise), yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Lebih banyak kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu istilah atau konsep terdapat perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
  • Gangguan personal (personnel noise), yaitu bersangkutan dengan kondisi fisik komunikan atau komunikator yang sedang kelelalahan, rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis, misalnya tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.

b)      Kepentingan (Interest)
Interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang yang ada kaitannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

c)      Motivasi

Motif atau daya dorong dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Pada umumnya motif seseorang berbeda-beda jenis maupun intensitas dengan yang lainnya, termasuk intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi sesuai motivasinya semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak komunikan. 

d)     Prasangka (Prejudice)

Sikap seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua alternatiflike and dislike, atau pun simpati dan tidak simpati. Dalam sikap negatif (dislike juga tidak simpati) termasuk prasangka yang akan melahirkan curiga dan menentang komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atas dasar stereotif (tanpa menggunakan pikiran rasional). Emosi sering membutakan pikiran dan pandangan terhadap fakta yang nyata, tidak akan berpikir secara objektif dan segala yang dilihat selalu akan dinilai negatif.

e)      Evasi Komunikasi

Evasi komunikasi adalah gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi. Menurut E. Cooper dan M. Johada yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku “Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi” menyatakan beberapa jenis evasi : Menyesatkan pengertian (understanding derailed), contoh : Apabila seorang mahasiswa menyerukan pada teman-temannya untuk meningkatkan prestasi belajar dengan jalan rajin masuk kuliah, rajin membaca, dan menghormati dosen. Maka komunikasinya oleh mahasiswa lain mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka. 

f)       Mencacatkan pesan komunikasi (message made invalid)

Maksudnya disini adalah adanya kecacatan dalam pesan yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator.Contoh : Apabila seorang siswa A tidak disenangi oleh siswa B, C, D, dan E. Ketika B melihat A sedang dinasehati guru BP, maka B mengatakan pada C bahwa A sedang dimarahi Guru BP. C mungkin mengatakan pada D bahwa A sedang dimaki-maki Guru BP. Dan D mengatakan pada E bahwa A diskor oleh Guru BP.
Sumber:

http://niablogsuperb.blogspot.com/2013/02/hambatan-komunikasi.html


Analisa:

Hambatan komunikasi akan selalu terjadi kapansaja saat kita sedang berkomunikasi. Hambatan tsb dapat terjadi dikarenakan beberapa hal yang secara umum terdiri dari: faktor internal, dan faktor eksternal.
Berdasarkan sifat hambatan, hambatan komunikasi dibagi menjadi 2 yaitu:      
      a.       Hambatan Objektif
      b.      Hambatan Subjektif


Sedangkan kalau diklasifikasikan hambatan komunikasi meliputi :

      a.      Gangguan
      b.      Kepentingan
      c.        Motivasi

      d.        Prasangka
      e.       Evasi Komunikasi
      f.        Mencacatkan pesan Komunikasi


Namun, menurut Hafied Cangara, pada dasarnya gangguan komunikasi dibedakan atas 7 macam, yaitu:

      a.      Gangguan Teknis
      b.        Gangguan Semantik
      c.        Gangguan Psikologis
      d.       Gangguan Fisik
      e.        Gangguan Status
      f.    Gangguan Kerangka Berpikir
      g.      Gangguan Budaya


Disini saya akan memberikan beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi. Berikut kiat-kiat dalam mengatasi hambatan komunikasi


1.      Berhati-hati dalam menyampaikan atau membuat pesan, maksudnya adalah jika kita mempunyai pesan dan ingin menyampaikan maka tentukanlah tujuan kamunikasi dan komunikan/penerima pesannya.

2.      Gunakan umpan balik, cara penyampaian komunikasi harus direncanakan dengan baik agar menghasilkan umpan balik dari si penerima, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan baik tersebu secara benar.
3.      Gunakan komunikasi langsung atau face to face. Komuikasi langsung dapat mengatasi hambatan karena komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan non verbal, atau selain dengan menyampaikan komunikasi dengan kata-kata komunikasi disampaikan langsung dengan kontak mata, mimik wajah, dan bahasa tubuh. Yang membuat komunikasi lebih jelas dan tepat
.
4.      Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Bahasa atau kata yang digunakan, di usahakan bahasa yang dapat mudah dimengerti dan dipahami oles di penerima. Jangan banyak menggunakan bahasa-bahasa yang sulit dimengerti, gunakan kalimat yang sederhana, karena kalimat yang terlalu berbelit-belit akan menyulitkan penerima untuk mencerna pesan.
5.       Dapat memahami perbedaan antar individu. Karena setiap individu mempunyai ciri khas dan latar belakang sosial, budaya, ekonomi, psikologis, dan peendidikan yang berbeda-beda. Maka dengan memahaminya, seseorang dapat menggunakan taktik dalam berkomunikasi.